Uncategorized

Nyebrangnya Kader  Politik PDIP Secara  Terang-terangan ke kubu Prabowo Mengindikasikan Adanya Kebijakan  Partai yang Menyakitkan  Kader 2 Senior .        

10
×

Nyebrangnya Kader  Politik PDIP Secara  Terang-terangan ke kubu Prabowo Mengindikasikan Adanya Kebijakan  Partai yang Menyakitkan  Kader 2 Senior .        

Sebarkan artikel ini

Oleh : Dr H . Charliyan. MPKN .

PENULIS mencermati dan menganalisa  fenomena nyebrangnya Bung Budiman Sujatmiko dan Bung Effendi Simbolon ke kubu Prabowo Subianto. Hal tersebut  sudah nampak jelas bila berkaca pada history merosotnya partai-partai besar dimasa lalu , ditandai dengan hijrahnya para tokoh  terbaiknya ke partai lain. Sebagaimana terjadi pada Partai Golkar di masa Awal Reformasi, pecahnya PPP, termasuk terakhir Partai Demokrat yang melorot jatuh perolehan kursinya di DPR maupun DPRD setelah Anas Urbaningrum yang dianggap sebagai lawan politik partainya..

Adapun nyebrangnya kader-kader dan simpatisan utama partai berlambang banteng, ke kubu Partai berlogo Kepala Garuda yang dinahkodai Prabowo Subianto tsb, Hal ini mengindikasikan bahwa partai tsb sedang tidak baik-baik saja, dan ada hal serius internal partai yang harus segera diperbaiki dan dibenahi, Hal itu  bisa tersirat  menurut informasi beberapa kader yang dapat dipercaya yang tidak mau disebut namanya dikarenakan Al :

Sistem kepemimpinan PDIP yang cenderung satu arah , bahkan saat ini dianggap mengarah pada sistem Dinasty Keluarga. Sehingga otomatis sistem demokrasi kurang berjalan maximal, bahkan lebih jauh menimbulkan kultus individu yang berlebihan yang tidak semestinya. Hal tsb berdampak linier munculnya sikap yang dianggap sebagai sikap arogansi , yang juga menular pada para pemimpin-pemimpinnya di tubuh partai tsb. Ditambah saat ini merasa sebagai  Partai Terbesar Pemenang Pemilu 2 kali Pilpres, yang mempunyai perolehan suara terbesar 128 kursi / 19,33% di Parlemen RI.

Adapun Hal lain yang dianggap sebagai sikap arogansi  PDIP tsb , yaitu bisa kita saksikan bersama saat pidato Ibu Megawati dikala merayakan HUT PDIP ke 50 tgl 10 Januari 2023. Sebagai pimpinan Partai yang kita tahu walau hanya sebuah candaan saja, berseloroh mengatakan:  “Jokowi bukan siapa-siapa tanpa PDIP  …..Kasiaan Dech…. ” , Tapi anggapan masyarakat banyak, dianalogikan telah merendahkan Jokowi sebagai Presiden RI di depan umum. Padahal merupakan kader terbaiknya. Memang seyogianya saat ini harus disadari  bersama juga,  bahwa Jokowi sebagai p[residen bukan hanya milik PDIP semata, tapi sudah jadi milik dan kebanggan seluruh rakyat Indonesia. Jadi sangat wajar bila rakyat merasa tersinggung dan bereaksi keras dan menganggap PDIP itu arogan.   

Hal tsb efeknya berdampak sangat negatif erhadap  elektabilitas partai, sehingga ada anggapan jangan kan kader biasa, kader terbaiknya saja diperlakukan demikian apalagi kader-kader  lainya termasuk para kader senior partai yang sudah berjuang berdarah-darah  puluhan tahun , yang merasa kurang dihargai  kinerja dan perjuangannya, yang nyata-nyata  sudah banyak berkorban, baik waktu ,tenaga maupun harta. Jadi Treeger makin meledak, apalagi saat ini merasa kalah tersisih dengan  sistem kekerabatan & kedekatan, yang menjadikan adanya in group dan out group yang ada di tubuh partai tsb, sehingga terbentuklah beberapa kubu yang menginduk pada kerabat kerabat terdekat atau pejabat pejabat  teras utama yan g sedang manggung di partai berlambang banteng tsb saat ini.Dimana yang tidak kuat ring di kubunya, sehebat apapun kemampuan individunya, sebesar apapun jasanya, pasti  tersisih dan tidak akan diingat lagi.     

Dengan demikian sikut menyikut , saling menjegal, saling  menjatuhkan, saling menjilat satu sama lain kentara sekali terjadi dg sangat keras , walaupun kondisi ini pasti terjadi di setiap tubuh partai manapun , tapi  anginnya tidak sekencang seperti di tubuh Partai Banteng saat ini.

Kemudian satu hal lagi yang menjadi sorotan banyak fihak yang menganggap PDIP sebagai partai yang egois dan arogan yaitu istilah kata-kata : ” PETUGAS PARTAI ” yang walaupun secara internal partai 1000 % sangat benar, tapi menurut pandangan rakyat dan para khli bahasa kurang tepat dan terkesan So Kuasa.

Ingat setiap individu rakyat sebagai manusia berhak untuk menilai , karena dlm sistem demokrasi ini Suara rakyat adalah suara Tuhan,Vox Populi – Vox Dei.

Makanya tidak terlalu salah jika partai tsb saat ini sadar tidak sadar dianggap sedang terjangkit penyakit kronis awam kebesaran yang mengarah pada kultus individu. Mati surinya demokratisasi terjebak sistem dinasty , retaknya pondasi pondasi kebersamaan,  tidak berjalanya sistem reward and funisment yang sehat, terutama kurang menghargai dengan semestinya jasa-jasa para kadernya yang betul betul berjuang.

Atau kerap dijanjikan, tapi hanya janji janji Politik dan PHP yang tidak pernah terwujud , begitu terwujud malah yang jadi orang lain yang kurang pantas.  Sehingga sangat wajar bila kader-kadernya banyak yang kecewa berat bahkan mungkin frustasi & putus asa , sehingga pada Hengkang, Nyebrang mencari tempat Perlindungan terbaik yang dirasa aman, nyaman dan lebih sehat . Seperti yang terjadi pada Bung Budiman Sujatmiko, Effendi Simbolon , Noel Jokman dll.  Dan pilihannya ada di kubu Prabowo Subianto bukan kubu partai lain. Sekali lagi Kubu Prabowo bukan kubu partai lain.  yang memang saat ini Prabowo sebagai  pemimpin partai , mempunyai banyak sekalib keunggulan dibanding pemimpin pemimpin partai yang lain . Diantaranya :

Karakter pribadinya sebagai pempinan yang semakin hari semakin dewasa, luwes dan elegan. Sangat menghargai jasa kader-kadernya, peduli terhadap  anak buahnya , bersifat gentelmen dan konsekwen dengan  janji janji politiknya, cerdas dan berani bersikap tegas .  Mempunyai jaringan nasional dan internasional yang luas & mengakar, visioner dan jiwa nasionalisnya tidak perlu diragukan lagi,  partainya sangat solid dan militan, dan seabrek kelebihan kelebihan yang nyata yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena jika semua disebutkan nanti dianggap sama saja sebagai Kultus Individu.

Itulah sekelumit analisis  pandangan singkat yang bisa kami rekam . Namun apapun juga kita semua ingin agar Semua partai di republik ini tetap sehat dan menjunjung tinggi nilai nilai demokratis yang Pancasilais,

Dalam kesempatan diskusi ini ada beberapa saran masukan penulis yang berhasil dihimpun dari beberapa pakar yang mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan  :

1. Hidupkan kembali sistem demokrasi yang sehat, tidak terjebak pada sistem dinasty yang mengarah pada kultus individu. 

2. Rangkul lebih intensif dan hargai kade-kader  senior partai, berikan jasa dan anugrah yang layak walaupun hanya selembar  piagam penghargaan. 

3. Jangan terlalu banyak mengumbar janji politik yang tidak mungkin terealisasi, yang akibatnya akan mengecewakan banyak fihak, dan menjatuhkan Trust partai itu sendiri

4. Hilangkan out group in group dan sistem kubu-kubuan yang kentara sangat menyolok sekali.

5. Perbaiki istilah istilah  yang akan merugikan partai.seperti Petugas Partai mungkin bisa disempurnakan sebagai  Petugas Rakyat,  Pelayan Masyarakat, atau Abdi Negara dll. yang rasanya lebih soft dan menyejukan.     

6. Raih kembali Jokowi sebagai kader partai terbaik PDIP. Kita semua Berharap Partai2 Politik di Negeri tercinta kita ini menjadi Partai yang Mampu mencerminkan jiwa Demokratis yang sehat serta senantiasa berada di Garis Rakyat, menjadikan bangsa Indonesia yang sejahtera berdaulat adil dan makmur, berazaskan sendi sendi  dasar  Pancasila sebagai  sendi dasar kehidupan dlm berbangsa dan bernegara.

Salam Demokrasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *