Uncategorized

Perbedaan Leader dan Penguasa versi Sulpakar,   Me-wong-kan Uwong

11
×

Perbedaan Leader dan Penguasa versi Sulpakar,   Me-wong-kan Uwong

Sebarkan artikel ini

MESUJI-–Untuk menjadi seorang pemimpin, sejatinya harus memiliki modal utama yaitu ikhlas, selain itu ia harus memiliki kedekatan emosional dengan semua komponen, hubungan dekat dan berbuat baik dengan orang yang di pimpinnya. Supaya apa yang sudah dilakukan bisa diakui, tanpa harus mengklaim karya orang lain.

Seperti yang diungkapkan Pj Bupati Mesuji Drs. Sulpakar, MM., saat berbincang ringan di rumah dinas bupati setempat.

Jadi seorang pemimpin, semestinya dia akan menganggap semua orang itu sama terhadap orang-orang yang di pimpinnya. Mempunyai tanggungjawab yang sama, hak yang sama  kewajiban yang sama dan prilaku yang sama.

Seorang pemimpin itu tidak boleh punya anak emas, tidak boleh punya spesial, perlakukanlah hal yang sama sesuai kewenangan. Itulah tipekal leader (pemimpin) yang benar.

“Kalau Anda masih butuh di emaskan, kalau Anda masih butuh di spesialis kan, Anda bukan pemimpin saudara ku, tapi kolonial namanya. Lihat Belanda, yang haus di istimewa kan oleh Bangsa Indonesia, selalu mau di anggap tuan. Karena sifat-sifat kolonial dan feodalisme itulah sifat penguasa yang selalu ingin di elu-elukan oleh seorang yang derajatnya lebih tinggi maka terbuialah dia, dan tidak pernah terfikir untuk rakyatnya,” ketus Sulpakar.

Sementara, ciri dari seorang penguasa, dia akan melemahkan orang-orang yang di kuasai nya, bagaimana dia akan terus berkuasa tanpa memikirkan etika kepemimpinan.

Sedangkan bagi seorang pemimpin dia akan berupaya untuk membangun dan memberikan hak yang sama, kewajiban dan tanggungjawab yang sama terhadap orang yang di pimpin tanpa membuat skat-skat perbedaan antara satu dengan yang lain dengan sebutan rasa Me-wong-kan Uwong.

Sang penguasa juga, akan selalu berupaya menghidupkan kelompok-kelompok tertentu, dan bagaimana melemahkan kelompok tertentu dengan harapan dia tetap terus berkuasa.

Dan cenderung mendekati orang-orang yang di nilai kuat saja. Tetapi mentalitasnya lemah dan tidak jarang mencaplok bahkan mengakui karya orang lain. “Jika klaim seperti itu terus dilakukan, maka seekor gajah pun berhak mengklaim karyanya, bukan hanya manusia. Karena jejak-jejak yang dilintasi gajah saat itu, inilah yang menjadi jalan kita sekarang,” candanya sambil meneguk segelas air putih hangat di atas meja.

“Ahh, saya kasihan dengan rakyat, rakyat itu harus kita hidupkan dan jangan dimatikan perasaan dan mentalitasnya. Biarkan rakyat berinovasi serta menggagas untuk harapan yang lebih baik kedepan,” kilas Sulpakar

Jadi lanjutnya, seorang leader harus memiliki konsep intelektual, jangan menjadi orang primitif yang tidak boleh orang berkembang. Dan hanya memikirkan kelompoknya saja supaya bisa maju dan terlihat baik.

“Saya manusia lemah, hanya bermodal ikhlas. Karena kelebihan saya adalah kekurangan, dan kekurangan saya ialah kelebihan kita untuk saling mengisi. Tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan itu milik Allah SWT, Sang pencipta yang Khaliq. Berfikir positif, jangan memandang orang selalu dengan kecurigaan. Sebab, setiap manusia yang sehat, pasti ia ingin baik, dan ketika dia ingin menjadi lebih baik, pasti dia memiliki jiwa patriot dan jiwa perjuangan,” pesan Sulpakar, Selasa, 7 November 2023.(RANDI)****

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *