Uncategorized

Abah Anton Charliyan: Paslon Nomor 4 Kang Dedi Mulyadi – Kang Erwan Setiawan Tetap Unggul di Acara Debat Kedua Pilgub Jawa Barat 2024

2
×

Abah Anton Charliyan: Paslon Nomor 4 Kang Dedi Mulyadi – Kang Erwan Setiawan Tetap Unggul di Acara Debat Kedua Pilgub Jawa Barat 2024

Sebarkan artikel ini

CIREBON—Debat Kedua Pilgub Jawa Barat 2024  digelar KPU di Hotel Patra Kabupaten Cirebon ada Sabtu (16/11/2024) pukul 19.00 WIB.Debat diikuti oleh empat pasang calon (paslon) Gubernur dan calon Wakil Gubernur, yakni Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwinatarina (nomor urut 1), Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja (nomor urut 2), Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie (nomor urut 3), dan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan (nomor urut 4).

            Pelaksanaan Debat Kedua Pilgub Jabar 2024 yang mengusung tema “Budaya Inovatif untuk Jawa Barat yang Gemah Ripah Repeh Rapih”  yang membahas 6 sub tema dengan pertanyaan yang disusun oleh 7 panelis, mendapat kritikan dari tokoh masyarakat Jawa Barat Abah Anton Charliyan, yang sejak awal memperhatikan jalannya debat tersebut.

            “Sejak awal saya amati, Debat Kedua Pilgub Jabar 2024 agak kurang greget. Terlihat  seperti cerdas cermat  . Jadi orang terpaku pada jawaban-jawaban yang kelihatannya sudah tersedia di mejanya masing-masing, sehingga tidak terjadi alur pembicaraan ke arah solusi yang bersifat kebijakan, juga pembahasannya lebih bersifat teknis.”ujar Anton Charliyan Ketua Dewan Pertimbangan RANCAGE DERMAWAN kepada awak media.

Debat publik Pilgub Jabar ini,lanjut mantan Kapolda Jabar ini. seharusnya bisa menjadi ruang bagi setiap pasangan calon untuk beradu gagasan yang melahirkan solusi.Itu semua yang muncul adalah aspek-aspek yang bersifat teknis administratif. Itu didapatkan dalam soal-soal jawaban. KPU ke depannya harus semakin memperbaiki pola debat itu. Karena ini adalah debat calon gubernur dan wakil gubernur, bukan debatnya para kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Sehingga arah-arah pertanyaannya lebih kepada solusi. Solusi itu aspek-aspek yang bersifat idealitas.  Debat publik Pilgub Jabar ini seharusnya bisa menjadi ruang bagi setiap pasangan calon gubernur dan wakil gubernur untuk mengeluarkan ide serta gagasannya masing-masing.”tuturnya.

Ketika dimintai komentarnya terkait pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada acara “Debat Kedua Pilgub Jawa Barat 2024”, Abah Anton panggilan akrab Anton Charliyan menilai, bahwa paslon nomor 4 Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan tetap unggul dibandingkan paslon lain. “ Jujur saja, paslon nomor 4 Kang Dedi Mulyadi – Kang Erwan Setiawan jauh lebih unggul dibandingkan paslon lain. Sebab, paslon nomor 4 lebih kritis dan program-program unggulannya pun konsisten menggunakan istilah-istilah ka-SUNDA-an  sebagai  entitas asli masyarakat Jawa Barat tidak gunakan istilah-istilah asing.Contohnya : Ciri sabumi Cara Sadesa , Papat Kalima Pancer ,Leuweung hejo , Rakyat Ngejo dll. Bukan berarti istilah asing tidak bagus, tapi jika berbicara di Jawa barat lebih baik gunakan istilah2 kedaerahan yang tidak kalah dengan konsepsi-konsepsi barat , Amerika maupun Timur Tengah . Karena setiap program jika ingin berhasil harus membumi sesuai dengan karakter wilayahnya masing-masing. termasuk juga nama dan istilah-istilahnya.”papar Anton Charliyan.

Debat Seru Antara KDM – Akhmad Syaikhu

Anton Charliyan pun mengomentari adanya perdebatan seru antara pasangan calon Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan  dengan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie.Kedua paslon ini memperdebatkan soal buruknya kualitas udara di kawasan industri, mulai dari Cikampek hingga Purwakarta.Pasangan Syaikhu-Ilham dan Dedi-Erwan terlihat memiliki pandangan berbeda menyoal penanganan polusi di wilayah industri.Syaikhu-Ilham fokus pada penerapan sanksi tegas, sementara Dedi-Erwan ingin ada integrasi dan eksekusi yang sejalan antara pusat dan daerah dalam penanganan masalah lingkungan, termasuk polusi.

Perdebatan dimulai saat Syaikhu mengkritik soal bau menyengat di Cikampek yang ia sebut sebagai cerminan buruknya pengelolaan lingkungan di wilayah yang pernah dipimpin Dedi Mulyadi sebagai Bupati Purwakarta dua periode.”Kualitas lingkungan hidup di Purwakarta dan sekitarnya belum baik. Apa langkah konkret yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini?,” tanya Syaikhu

”Jawaban Kang Dedi Mulyadi sangat simple, jelas dan tegas. Jika KDM terpilih menjadi Gubernur Jabar, semua akan menjadi prioritas untuk diselesaikan. Sebuah jawaban yang tegas, karena selama ini KDM banyak menangani masalah seperti ini,sehingga bukan masalah besar untuk mengatasinya bila beliau terpilih menjadi Gubernur Jabar periode mendatang,”kata Abah Anton.

KDM Paparkan Visi-Misi

Dalam debat kedua Pilgub Jawa Barat 2024, calon gubernur Dedi Mulyadi memaparkan visi dan misinya dengan mengedepankan konsep “sosiologi kebudayaan Sunda” sebagai dasar pembangunan yang sejalan dengan identitas masyarakat Jawa Barat. Menurut Dedi, masyarakat Jawa Barat memiliki kekayaan budaya yang tercermin dalam pepatah Sunda seperti ciri sabumi cara sadesa, jawadah tutung biritna, sacarana sacarana, lain tepak sejen igel, yang menekankan keunikan dan kearifan lokal di setiap wilayah. Konsep ini, lanjut Dedi, menekankan persenyawaan masyarakat dengan elemen alam seperti tanah, air, matahari, dan udara, yang melahirkan empat aspek budaya: bahasa, makanan, pakaian, dan seni.

KDM panggilan akrabnya itu juga menjelaskan empat keragaman budaya utama di Jawa Barat, yaitu budaya Kulon, Priangan, Cirebonan, dan Betawi. Menurutnya, kerangka budaya ini mendukung terbentuknya ekosistem ekonomi berbasis wilayah-ekonomi pegunungan, pedataran, kelautan, serta perkotaan dan perindustrian. Dia berkomitmen untuk mengembangkan setiap ekosistem ini dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik uniknya, serta melalui evaluasi dan optimalisasi tata ruang yang berkelanjutan. Dedi juga ingin agar pembangunan di Jawa Barat dilakukan dengan prinsip konservasi dan perlindungan sumber daya alam.Dedi Mulyadi menekankan pentingnya pembangunan yang menghormati identitas budaya dan kebebasan beragama di Jawa Barat. Ia ingin mewujudkan pembangunan yang tidak hanya mengedepankan kemajuan ekonomi, tetapi juga menjaga nilai-nilai tradisional serta melestarikan keberagaman agama dan budaya. (REDI MULYADI)****

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *