Oleh: Abdul Syukkur
Imam al-Syafii pernah berkata, “Saat tabir pahala amal manusia tersingkap di akhirat kelak, mereka tidak akan melihat pahala amal yang lebih utama daripada zikir (ingat Allah), maka akan ada sekelompok orang yang merasa rugi dan berkata:
‘Tidak ada amal yang lebih ringan bagi kami daripada zikir, karena termasuk ibadah yang tidak perlu bersuci (berwudhu), tidak perlu menghadap kiblat, juga tidak perlu melakukannya dengan cara dan pada waktu tertentu, meski demikian hanya sedikit orang yang mampu melakukannya’.”
Berdzikir hanya perlu mengingat Allah, tidak ada aturan tertentu yang harus dilakukan oleh orang yang berzikir. Tidak perlu memakai pakaian tertentu, tidak perlu melakukannya dengan posisi tertentu, juga tidak perlu menunggu waktu tertentu. Siapa saja, di mana saja, dan dalam keadaan apa saja bisa melakukannya.
Kecuali dalam beberapa kondisi tidak boleh mengucapkannya secara lisan, tapi tetap boleh zikir dalam hati, seperti orang yang sedang berada di kamar mandi atau toilet. Hal ini demi menjaga kemuliaan lafaz zikir, karena mengandung asma atau sifat pengagungan terhadap Allah SWT.
Tidak ada larangan membaca zikir secara mutlak, hanya caranya saja yang diatur.
Namun demikian, tidak ada larangan membaca zikir secara mutlak, hanya caranya saja yang diatur sesuai dengan kemuliaan zikir itu sendiri. Oleh karenanya, di manapun dan kapan pun kita tetap dianjurkan untuk berzikir mengingat Allah SWT.
Hal ini tidak lain menunjukkan betapa besar dan pentingnya zikir bagi kehidupan setiap Muslim. Allah berfirman dalam Alquran yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman ingatlah (zikirlah) kepada Allah dengan mengingat nama-Nya sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (QS al-Ahzab [33]: 41-42).
Ayat ini menganjurkan kita untuk mengingat Allah sebanyak-banyaknya, bukan hanya berzikir biasa, tapi berzikir yang banyak, bahkan disertai dengan ketentuan waktu yang sangat dianjurkan, yakni di waktu pagi dan petang. Hal ini karena pada kedua waktu tersebut banyak orang yang lalai disebabkan pergantian malam ke siang atau sebaliknya.
Allah juga menganjurkan kita untuk selalu mengingat-Nya dalam berbagai situasi dan kondisi. “Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat kalian, ingatlah Allah ketika kalian berdiri, duduk, dan ketika berbaring.” (QS al-Nisa’ [4]: 103).
Rasulullah SAW bahkan punya istilah sendiri untuk menyebut orang yang rajin berzikir dengan menyebut mereka sebagai al-mufarridun. Beliau bersabda yang artinya: “Al-Mufarridun telah mendahului.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapa yang dimaksud al-mufarridun?” Nabi menjawab, “Para laki-laki dan perempuan yang senantiasa (banyak) berzikir kepada Allah.” (HR Muslim).
Kata al-mufarridun sendiri mengandung makna manusia yang tiada duanya. Artinya, orang yang banyak berzikir atau mengingat Allah tidak akan tersaingi oleh orang lain dalam hal kedekatannya dengan Allah dan keistimewaan di sisi-Nya. Karena setiap kali ia ingat Allah, maka Allah juga akan mengingat-Nya. Semakin sering ia mengingat Allah, semakin sering pula Allah mengingatnya.
Dan orang yang selalu diingat oleh Allah akan diampuni dosa-dosanya, dikabulkan permohonannya, dan selalu mendapat rahmat serta kasih sayang-Nya.
Wallahu a’lam bishshawab.