Spiritual

Apa yang Dilakukan Gus Dur sehingga Mendapatkan Cinta Sebesar Itu?

3
Apa yang Dilakukan Gus Dur sehingga Mendapatkan Cinta Sebesar Itu?

SEMBILAN belas tahun lalu, peziarah di pemakaman Tebuireng tidak seramai sekarang. Seingat saya, waktu itu, hanya terlihat santri yang mengaji dan beberapa orang tamu saja yang bersila di cungkup di depan makam. Parkir kendaraan masih di area pesantren. Bus kami terparkir di depan Masjid Ulil Albab di kawasan SMP A. Wahid Hasyim. Keluar dari makam, ketika itu, kami hanya disambut siswa yang mondar-mandir dari asrama ke SMP dan SMA A. Wahid Hasyim. Santri-santri putri berlalu lalang di sisi parkir bus kami dari dan ke bilik-bilik mereka yang terletak di belakang masjid.

Semua kesunyian itu berubah sejak 2009. Sejak Gus Dur wafat dan diistirahatkan di Tebuireng, pekuburan para kiai dan nyai di pesantren itu tak henti-henti didatangi banyak peziarah dari berbagai kalangan. Tidak hanya warga Nahdlatul Ulama, tapi juga orang-orang yang barangkali tidak familiar dengan ulama. Tidak hanya umat Islam, namun juga umat agama lain, bahkan orang yang tidak beragama.

“Kehadiran” Gus Dur di pekuburan masyayikh Tebuireng menjadi magnet bagi banyak orang, terutama para peziarah lebih-lebih para pedagang. Kalau tidak dibatasi dari pukul 08.00 sampai 15.00 dan dari pukul 20.00 hingga 02.00, makam Gus Dur akan dipadati peziarah 24 jam non-stop.

Pertanyaan serupa saya ajukan untuk Gus Dur: apa yang telah dilakukannya sehingga mendapatkan cinta sebesar itu? Mengapa putra Kiai Abdul Wahid Hasyim dan cucu Kiai Hasyim Asy’ari itu dicintai orang-orang hingga kuburannya terus diziarahi? Apakah karena Gus Dur seorang presiden, pendiri partai, atau karena dia penulis, intelektual, budayawan?

#nahdlatululama #nuonline #nuonline_id #gusdur #tokoh #pahlawan #gusdurian

Exit mobile version