Majalengka–NUANSA POST
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Dunia jurnalistik Majalengka tengah berduka atas kepergian salah satu wartawan seniornya, H. Almuaras atau yang lebih dikenal dengan sapaan H. Aras, dari Radar Majalengka.Beliau meninggal dunia pada Ahad 12 Oktober 2025 sekitar pukul 17.40 WIB di RSUD Majalengka.
Berdasarkan keterangan keluarga, sebelum berpulang almarhum sempat terjatuh di kamar mandi pada malam sebelumnya, seusai salat Isya. Kondisinya yang tak sadarkan diri membuat pihak keluarga segera membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis. Setelah menjalani perawatan sekitar lima jam, nyawanya tak tertolong.
Hingga malam harinya, rumah duka di belakang kantor Bappelitbangda Kabupaten Majalengka, tepatnya di Jalan Siti Armilah, dipenuhi oleh rekan sejawat, kerabat, dan warga sekitar yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Suasana duka mendalam terasa dari para pelayat yang mengenang sosok almarhum sebagai pribadi hangat dan pekerja keras.
Tetap Aktif Menulis Meski Didera Stroke Selama 15 Tahun
Kepala Biro Radar Majalengka, Kiki Anwar Baihaqi, menuturkan bahwa almarhum sudah lama berjuang melawan penyakit stroke sejak tahun 2010, namun semangatnya untuk tetap berkarya tak pernah pudar.
“Selama hidupnya beliau sangat luar biasa. Meski harus berjuang melawan sakit selama 15 tahun, H. Aras tetap menjalankan tugas jurnalistik dengan penuh tanggung jawab,” ujar Kiki.
Almarhum meninggalkan empat orang anak, sebagian masih bersekolah dan lainnya telah dewasa. Pihak keluarga berencana memakamkannya di TPU keluarga pada Senin pagi (13 Oktober 2025).“Selamat jalan, H. Aras. Semoga segala amal dan kebaikanmu diterima oleh Allah SWT, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” tambah Kiki dengan haru.
Dikenang Sebagai Sosok Rendah Hati dan Penuh Dedikasi
Rekan sesama jurnalis, Jejep Falahul Alam, turut menyampaikan kesan mendalam terhadap sosok H. Aras. Ia terakhir bertemu almarhum saat meliput program Makan Siang Gratis (SPPG) di wilayah Cingambul beberapa waktu lalu.
“Saya kagum dengan semangatnya. Meski dalam kondisi sakit, beliau tetap turun langsung ke lapangan. Dedikasi seperti itu jarang dimiliki,” ungkap Jejep, yang juga mantan Ketua PWI Majalengka dua periode.
Jejep mengenal H. Aras sejak awal 2000-an saat masih aktif di dunia aktivisme mahasiswa. Menurutnya, karya jurnalistik almarhum selalu mendidik dan menginspirasi pembaca.“Hubungan kami lebih dari sekadar rekan kerja. Sudah seperti keluarga. Bahkan, istri saya dan istri beliau bersahabat dekat,” ujarnya menambahkan.
Punya Rencana Usaha Madu Sebelum Wafat
Kenangan lain datang dari Erik Bocil, sahabat sekaligus rekan liputan almarhum. Ia menceritakan, dua tahun terakhir H. Aras berencana membuka usaha madu, namun rencana itu belum sempat terwujud.“Waktu itu kami sempat melakukan liputan bersama naik motor. Beliau bercerita soal rencana usaha madunya yang sudah disiapkan. Tapi Allah berkehendak lain,” ucap Erik lirih.
Kepergian H. Aras meninggalkan duka mendalam bagi kalangan jurnalis di Majalengka. Ia dikenal sebagai sosok yang sederhana, pekerja keras, dan tetap setia pada profesinya hingga akhir hayat.“Beliau adalah wartawan sejati yang mengabdikan hidupnya untuk dunia pers,” tutup Erik.,(SITI AMINAH).






